Ketika mendengarkan kaijan Padhang Mbulan, Emha Ainun Nadjib ( Cak Nun ) , Guru Besar Ma'iyah, memberikan ilustrasi tentang mujahadah dengan menceritakan perjalanan hidup burung garuda.
Garuda bisa hidup sampai 70 tahun. Namun untuk itu, dia harus melakukan transformasi diri yang cukup menyakitkan pada usia 40 tahun. Otherwise it will die.
Pada usia 40 tahun, paruh garuda sudah sangat bengkok. Kuku-kunya rapuh. Bulu dan sayapnya tebal. Sulit terbang, sulit mencengkeram, sulit memangsa. Sulit menjalankan titah-Nya menjaga keseimbangan rantai makanan ekosistem-Nya.
Untuk itulah, takdir-Nya membawa sang garuda untuk terbang ke puncak gunung berbatu. Terasing. 'Uzlah. Disitu dia mematuk-matuk bebatuan cadas hingga patahlah paruhnya. Sakit dan berdarah-darah. Tanpa paruh, diapun berpuasa. Tirakatan.
Setelah beberapa lama, tumbuhlah paruhnya. Lalu dengan paruh barunya, dicabutlah kuku-kukunya. Sakit berdarah-darah. Tanpa kuku, meski punya paruh, dia tetap tidak bisa memangsa. Puasa.
Setelah beberapa lama, tumbuhlah kuku-kuku barunya. Dengan kuku itu, dicabutilah sayap-sayap dan bulu tebalnya. Sakit. Meski sekarang berkuku dan berparuh, tanpa sayap, dia tidak bisa kemana-mana. Puasa mulut, puasa mata.
Setelah beberapa lama terasing, puasa, kesakitan, tirakat....tumbuhlah sayap dan bulu barunya. Kuatlah paruh dan kuku barunya. Maka diapun "turun gunung", mencari mangsa ....melanjutkan titah-Nya menjaga keseimbangan rantai makanan ekosistem-Nya.
Begitulah cara-Nya mengajari makhluq-Nya untuk layak menjadi khalifah di bumi-Nya.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment