Bismillahirrohmanirrohiim, rojiyan ridhoilllah wa ibtighoan wajhillah...
Alhamdulillah, tadarrus
baru sampai di Juz 14, Surat An Nahl. Ketika sampai di ayat 66 dari
surat ini, saya teringat penjelasan yang pernah saya peroleh tentang
mu'jizat techno-linguistic yang dikandung oleh ayat ini. Saat
pertama kali menerima penjelasan tersebut, saya belum faham. Justru
kefahaman itu dilimpahkan oleh Allah SWT saat saya antri susu sapi perah
di Kantor Dinas Peternakan Tuban beberapa waktu lalu.
Ayat tersebut berbunyi begini ( maaf tidak ada harokat / syakal, silakan merujuk mushaf Qur'an masing-masing ya ) :
وإن لكم في الأنعام لعبرة نسقيكم مما في بطونه من بين فرث ودم لبنا خالصا سآئغا للشاربين
"Dan sungguh, di dalam binatang-binatang ternak itu ( An'aam ), benar-benar terdapat pelajaran bagi kalian. Kami memberi minum kalian dari apa-apa yang ada di dalam perut-perut ( buthuun) se-ekor binatang ternak,
berupa susu yang bersih murni yang keluar diantara tahi dan darah, yang
mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya" ( TQS. Al An'am : 66).
Mungkin
terjemahan Qur'an yang anda pegang sedikit berbeda dengan yang saya
tuliskan di atas. Sebab yang saya tuliskan tersebut, terutama yang bold
letter, adalah kata kunci dari pemahaman yang ingin saya sampaikan
disini.
Kata kuncinya ada di paragraf ini :
Seekor binatang ternak, bahasa Arabnya adalah "na'am", sedangkan bentuk pluralnya adalah "an'aam". Kata ganti kepemilikan ( dhomir muttashil bil ismi ) untuk "na'am" adalah "hi" ( atau bahasa Inggrisnya "his", lelaki tunggal / mudzakkar mufrod ), sedangkan kata ganti kepemilikan untuk "an'aam" adalah "haa" ( bahasa Inggris : "her", sebab jama' yang tidak berakal dalam bahasa Arab digolongkan perempuan tunggal / muannats mufrad ). Sedangkan perut, bahasa Arabnya adalah "bathnun", bentuk jama' / pluralnya adalah "buthuun".
Jadi kalau ingin mengatakan "dalam perut seekor binatang ternak", bahasa Arabnya adalah "fii bathnin na'am" atau "fii bathnihi". Sedangkan jika dikatakan "fii buthuuni 'l an'aam", atau "fii buthuunihaa", artinya adalah di dalam perut-perut binatang-binatang ternak.
Anda perhatikan, QS. An Nahl di atas menggunakan kata " fii buthuunihi", bukan "fii buthuunihaa", meskipun pada awal ayat menggunakan kata "al an'aam " yang seharusnya ber-dhomir "haa". Apakah ada kesalahan penulisan Qur'an, seharusnya "fii buthuunihaa" ditulis "fii buthuunihi"
? Orang-orang orientalis Barat pada abad 18~19 menggunakan ayat ini
untuk menuduh terjadinya kesalahan penulisan Al Qur'an sebab --menurut
mereka-- tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab, seharusnya "haa" ditulis "hi".
Kita katakan disini : Tidak ada salah tulis, bahkan frase "fii buthuunihi"
justru menggambarkan bagaimana Al Qur'an menjelaskan secara singkat
mekanisme pengolahan susu sehingga bisa terpisah dari kotoran dan darah
sebagaimana diungkapkan dalam ayat tersebut. Frase "fii buthuunihi" artinya " di dalam perut-perut seekor binatang ternak".
Artinya, sejak 15 abad lalu, Al Qur'an sudah menjelaskan bahwa perut
seekor binatang ternak itu ada banyak segment, yang kesemuanya terlibat
dalam pemurnian susu.
Fenomena ini baru diketahui abad 20
ini saja. Bahkan jika anda membaca tafsir Ibnu Katsir ( ditulis pada
abad 7 H , sekitar 1300 M ) , beliau menyatakan yang intinya "fii buthuunihi pengertiannya sama dengan fii buthuunihaa,
di mana frase terakhir ini digunakan dalam QS. Al Mu'minuun : 21 ". (
Lihat Tafsir Ibnu Katsir Juz 2 : 595, terbitan Darul Kutub Lebanon ).
Ibnu Katsir tidak salah, memang saat itu belum diketahui bahwa seekor
binatang memiliki bermacam-macam perut untuk memurnikan susu. QS. An
Nahl : 66 ini membicarakan proses pemurnian susu sehingga perlu
disinggung banyaknya perut yang ada dalam seekor binatang menyusui,
sedangkan QS. Al Mu'minun : 21 tidak menyinggung proses pemurnian susu,
sehingga tidak perlu mengungkapkan realitas ilmiah ini.
Jika
kita berkunjung ke Dinas Peternakan, maka di sana terpampang bagan
perut sapi, ada 4 bagian, kalau tidak salah reticulum, abomasum, omasum,
dan rumen. Ada yang menyebut perut asam, perut kelelawar, dst... . Pada
Unta hanya ada 3 bagian perut...Intinya sejak 15 abad lalu, Al Qur'an
sudah memberikan informasi ini kepada kita.
Semoga ini
menambah keyakinan kita bahwa Al Qur'an benar-benar Firman Allah Tuhan
Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, menambah semangat kita untuk
mengamalkan isinya. Amiin.
Wallahu a'lamu bishowaab.
No comments:
Post a Comment